Activities

INDOSTAFF Bantu Transformasi Pendidikan Tinggi Indonesia

Sejumlah alumni program UNISTAFF (University Staff Development Programme), UNILEAD (University Leadership Management Course) dan IDC (International Dean Course) yang tergabung dalam INDOSTAFF, selama empat hari, Kamis-Minggu (11-14/2) berkumpul di Malang. Ketiga program yang didukung Deutscher Akademischer Austausch Dienst (DAAD) ini terselenggara di Republik Federasi Jerman dan diikuti perwakilan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di dunia.

Dari Universitas Brawijaya sendiri, lima orang dosen tercatat sebagai alumni UNISTAFF. Mereka adalah Prof. Dr. Ir. Hendrawan Soetanto, M.Rur.Sc (Fakultas Peternakan), Prof. Dr. Moeljadi, SU (Fakultas Ekonomi), Dr. Diana Lyrawati (Fakultas Kedokteran), Prof. Dr. Mardjono, MPhil (FMIPA) dan Dra. Fatchiyah, MKes, PhD (FMIPA).Sebanyak 45 orang alumni dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia mengikuti kegiatan yang dikemas dalam Workshop on INDOSTAFF Organization bertema “The Next Step: A Stronger Network for The Future” ini.

Mereka berasal dari Universitas Jambi, Universitas Negeri Riau, Universitas Kristen Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, IPB, UGM, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, ITS, Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Tadulako.

Diwawancarai disela-sela acara, Prof. Hendrawan Soetanto yang dalam kesempatan tersebut menjadi panelis “Indostaff: History and Existing/Present, German Perspectives” mengemukakan bahwa INDOSTAFF telah terbentuk sejak 1994/1995 namun saat itu belum terpikirkan untuk membentuk jejaring (networking). Meskipun begitu, berbagai kegiatan telah diselenggarakan yang manfaatnya telah dirasakan anggotanya. Berbagai kegiatan tersebut, diantaranya pada 2006 bekerjasama dengan Dikti menyelenggarakan training 3 modul yaitu organizational development, research management serta teaching and learning.

“Banyak hal yang saya pelajari selama mengikuti Unistaff. Beberapa nilai bahkan ingin diterapkan alumninya untuk melakukan tranformasi pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia”, ujar Hendrawan yang mengikuti Unistaff pada 2003. Empat prinsip dan nilai dasar yang menurut Guru Besar di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya ini menarik dan ingin dikembangkan adalah a share vision (visi yang disusun dan dikembangkan bersama-sama), focus on competency (berfokus pada kompetensi), system approach (pendekatan sistemik) dan orientation toward practical work (berorientasi praktek). “Berbagai nilai ini layak diadopsi untuk memperkecil kesenjangan antara perguruan tinggi di Indonesia dengan luar negeri”, ujar Hendrawan.

Keempat nilai tersebut menurutnya berbeda diametral dengan berbagai fenomena yang ada di Indonesia. Dalam hal visi misalnya, tidak jarang fenomena yang ada di Indonesia bersifat sangat elite dan tanpa melibatkan grass root. “Ketika menyusun visi, para elite kekuasaan biasanya tidak menyertakan masyarakat dan implementasinya bersifat top down”, tutur Hendrawan yang juga mantan Country Coordinator Indostaff periode 2004-2008.

Akibat dari hal ini, menurutnya, masyarakat seringkali tidak tahu tentang visi tersebut dan akhirnya kelabakan untuk mengimplementasikannya. Menjelaskan tentang pendekatan sistemik yang dikenalkan dalam Unistaff, Hendrawan juga menuturkan perbedaan yang ada di Indonesia. “Kebijakan yang diperkenalkan dalam Unistaff bersifat sistemik. Hal ini berbeda dengan fenomena di Indonesia yang lebih mengedepankan pendekatan rezim. Hasilnya setiap ganti penguasa maka kebijakan pun akan berganti pula”, tambahnya.

Sementara itu, country coordinator Indostaff saat ini, Sitaresmi Ismangil, MSc, ketika diwawancarai PRASETYA Online menyampaikan bahwa kegiatan workshop kali ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para anggotanya. Disamping itu, pihaknya juga berkeinginan membangun kompetensi tambahan dalam hal manajemen organisasi, seperti yang ia peroleh ketika mengikuti Unistaff. “Ketika mengikuti Unistaff saya mendapatkan tambahan ilmu dan skill untuk menjadi staf akademisi yang lebih baik. Saya jadi lebih tahu cara mengajar, meneliti dan mengelola organisasi perguruan tinggi”, ujar Sitaresmi yang menyelesaikan program magister mikrobiologi di University of Wisconsin Madison Amerika Serikat.

Dalam workshop, Kamis (11/2), dua orang pemateri didatangkan langsung dari Jerman yaitu Prof. Dr. Michael Fremerey yang memaparkan tentang “INDOSTAFF SWOT Analysis” serta Dr. Siawuch Amini yang menyampaikan “Theory and Practice of Networking”. [nok]

ejumlah alumni program UNISTAFF (University Staff Development Programme), UNILEAD (University Leadership Management Course) dan IDC (International Dean Course) yang tergabung dalam INDOSTAFF, selama empat hari, Kamis-Minggu (11-14/2) berkumpul di Malang. Ketiga program yang didukung Deutscher Akademischer Austausch Dienst (DAAD) ini terselenggara di Republik Federasi Jerman dan diikuti perwakilan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di dunia. Dari Universitas Brawijaya sendiri, lima orang dosen tercatat sebagai alumni UNISTAFF. Mereka adalah Prof. Dr. Ir. Hendrawan Soetanto, M.Rur.Sc (Fakultas Peternakan), Prof. Dr. Moeljadi, SU (Fakultas Ekonomi), Dr. Diana Lyrawati (Fakultas Kedokteran), Prof. Dr. Mardjono, MPhil (FMIPA) dan Dra. Fatchiyah, MKes, PhD (FMIPA).Sebanyak 45 orang alumni dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia mengikuti kegiatan yang dikemas dalam Workshop on INDOSTAFF Organization bertema “The Next Step: A Stronger Network for The Future” ini. Mereka berasal dari Universitas Jambi, Universitas Negeri Riau, Universitas Kristen Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, IPB, UGM, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, ITS, Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Tadulako.
Diwawancarai disela-sela acara, Prof. Hendrawan Soetanto yang dalam kesempatan tersebut menjadi panelis “Indostaff: History and Existing/Present, German Perspectives” mengemukakan bahwa INDOSTAFF telah terbentuk sejak 1994/1995 namun saat itu belum terpikirkan untuk membentuk jejaring (networking). Meskipun begitu, berbagai kegiatan telah diselenggarakan yang manfaatnya telah dirasakan anggotanya. Berbagai kegiatan tersebut, diantaranya pada 2006 bekerjasama dengan Dikti menyelenggarakan training 3 modul yaitu organizational development, research management serta teaching and learning. “Banyak hal yang saya pelajari selama mengikuti Unistaff. Beberapa nilai bahkan ingin diterapkan alumninya untuk melakukan tranformasi pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia”, ujar Hendrawan yang mengikuti Unistaff pada 2003. Empat prinsip dan nilai dasar yang menurut Guru Besar di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya ini menarik dan ingin dikembangkan adalah a share vision (visi yang disusun dan dikembangkan bersama-sama), focus on competency (berfokus pada kompetensi), system approach (pendekatan sistemik) dan orientation toward practical work (berorientasi praktek). “Berbagai nilai ini layak diadopsi untuk memperkecil kesenjangan antara perguruan tinggi di Indonesia dengan luar negeri”, ujar Hendrawan. Keempat nilai tersebut menurutnya berbeda diametral dengan berbagai fenomena yang ada di Indonesia. Dalam hal visi misalnya, tidak jarang fenomena yang ada di Indonesia bersifat sangat elite dan tanpa melibatkan grass root. “Ketika menyusun visi, para elite kekuasaan biasanya tidak menyertakan masyarakat dan implementasinya bersifat top down”, tutur Hendrawan yang juga mantan Country Coordinator Indostaff periode 2004-2008. Akibat dari hal ini, menurutnya, masyarakat seringkali tidak tahu tentang visi tersebut dan akhirnya kelabakan untuk mengimplementasikannya. Menjelaskan tentang pendekatan sistemik yang dikenalkan dalam Unistaff, Hendrawan juga menuturkan perbedaan yang ada di Indonesia. “Kebijakan yang diperkenalkan dalam Unistaff bersifat sistemik. Hal ini berbeda dengan fenomena di Indonesia yang lebih mengedepankan pendekatan rezim. Hasilnya setiap ganti penguasa maka kebijakan pun akan berganti pula”, tambahnya.
Sementara itu, country coordinator Indostaff saat ini, Sitaresmi Ismangil, MSc, ketika diwawancarai PRASETYA Online menyampaikan bahwa kegiatan workshop kali ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para anggotanya. Disamping itu, pihaknya juga berkeinginan membangun kompetensi tambahan dalam hal manajemen organisasi, seperti yang ia peroleh ketika mengikuti Unistaff. “Ketika mengikuti Unistaff saya mendapatkan tambahan ilmu dan skill untuk menjadi staf akademisi yang lebih baik. Saya jadi lebih tahu cara mengajar, meneliti dan mengelola organisasi perguruan tinggi”, ujar Sitaresmi yang menyelesaikan program magister mikrobiologi di University of Wisconsin Madison Amerika Serikat.
Dalam workshop, Kamis (11/2), dua orang pemateri didatangkan langsung dari Jerman yaitu Prof. Dr. Michael Fremerey yang memaparkan tentang “INDOSTAFF SWOT Analysis” serta Dr. Siawuch Amini yang menyampaikan “Theory and Practice of Networking”. [nok]

Workshop on INDOSTAFF Organization

The University Staff Development program (UNISTAFF) at Institute for Socio-cultural Studies (ISOS), University of Kassel, Witzenhausen, Germany is a training course that enables university staff from developing countries to gain experiences and develop their potential as academics at their institutions. Held since 1995, they particularly cater for university staff from Central America, Southeast Asia and Eastern Africa.

Indonesia is one of the Southeast Asian countries that has been represented in UNISTAFF since the beginning of the program, and now has the largest number of alumni coming from a single country. At present there are 60 Indonesian scholars as alumni. They have developed and become important figures in their institutions or on a national level. Among the group, some occupy various positions within public and private universities ranging from coordinators of evaluation or research centres, person in charge of different types of committees and task forces, curricular and evaluation advisers as well as being academics directly involved in teaching, research and community services at their universities.

The seeds of a network had already been planted in the year 1999 when University of Gadjah Mada carried out a mini workshop about Higher Education Management. This activity was followed up in 2000 at the South East Asia Germany Alumni Network (SEAG) meeting in Bogor. A series of activities followed during the 2001-2004 period at different universities. In 2005  the alumni decided that a more formal network was necessary in order to ensure the sustainability of the UNISTAFF values and enable them to play a more significant role in the development of higher education in Indonesia. Thus   the INDOSTAFF Network was established.

In a short period of time since the inception (2006) INDOSTAFF has managed to secure support from the Directorate General of Higher Education (DGHE) at the Ministry of Education to carry out a national level training workshop for university staff from Eastern and Western parts of Indonesia. This workshop was modelled after UNISTAFF and attended by 40 participants from various universities. In addition, several UNISTAFF alumni together with alumni from the British Council Rectors Leadership program are also actively involved in the Leadership training program from the DGHE for the leaders of university in 60 Indonesian universities.

More recently, INDOSTAFF has successfully carried out a workshop on INDOSTAFF Organization at Agrowisata Batu Malang on 11 – 14 February 2009 (http://unistaff2010.wordpress.com/). The workshop was funded by DAAD and DGHE.

All these activities show that INDOSTAFF has strong potential to become an important player in higher education development in Indonesia. More information about activities conducted by INDOSTAFF can be found in other page of this web site (see activities page).

INDOSTAFF members up to 2010 are alumni of UNISTAFF (University Staff Development Program) organized by ISOS University of Kassel in Witzenhausen Germany. Since 2010 members are from alumni of UNISTAFF, Unilead (University of Oldenburg Germany), and IDC (International Deans’ Course, Fachhochschule Osnabrück Germany )