Articles

Seminar INDOSTAFF 2013

SEMINAR INDOSTAFF 2013

PERANAN PERGURUAN TINGGI INDONESIA DALAM MENGHADAPI ASEAN SINGLE COMMUNITY 2015

LATAR BELAKANG

Perkembangan dunia saat ini semakin menantang karena gejolak ekonomi, politik, perdagangan internasional serta issue-issue yang melibatkan banyak negara di dunia. Salah satu issue menarik untuk dicermati dalam waktu dekat adalah akan dibentuknya ASEAN SINGLE COMMUNITY 2015 (ASC 2015). Dalam komunitas tunggal ASEAN ini akan mempengaruhi keseimbangan internal di dalam negara-negara ASEAN. Perdagangan antar negara di ASEAN semakin mudah serta semua yang berhubungan dengan kegiatan kerjasama bila- dan multilateral akan semakin ramai, sehingga persaingan antar negara juga akan semakin kuat walaupun masih di dalam bingkai kerjasama ASEAN.

Persaingan ini perlu diwaspadai dengan sikap positif, sehingga Indonesia bisa mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan sistematis. Persiapan yang bisa dilakukan antara lain mempersiapkan sumber daya manusia secara utuh, mengelola perdagangan internasional dengan jujur dan benar, mengelola sumber daya alam secara efisien dan sesuai dengan kebutuhan yang rasional, dan lain sebagainya.

Perguruan tinggi di Indonesia memiliki peranan penting dalam mempersiapkan manusia Indonesia yang jujur, kompeten dan mudah beradaptasi dengan perkembangan dunia saat ini. Pola pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan di perguruan tinggi seharusnya sudah mengarah pada kepentingan tersebut serta disesuaikan dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang diberlakukan sejak tahun 2013 agar arah pendidikan tinggi menjadi lebih fokus pada tatanan kualifikasi tersebut serta menghasilakn lulusan yang kompeten di bidangnya.

Melihat kondisi Indonesia saat ini serta pentingnya peranan perguruan tinggi dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, maka seminar dan konggres INDOSTAFF tahun 2013 ini dilaksanakan. Seminar sehari dan konggres ini akan membahas tentang strategi yang perlu diterapkan secara umum di tingkat nasional untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan nasional serta best practices yang telah dilaksanakan oleh beberapa perguruan tinggi Indonesia dalam menghadapi kondisi tersebut.

Kegiatan ini juga dilaksanakan dalam bentuk kerjasama antara Fakultas Teknologi Pertanian, Program Studi Magister Manajemen Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Indonesian Alumni Association of UNISTAFF Program (INDOSTAFF)

TUJUAN KEGIATAN

Kegiatan Seminar dan Konggres INDOSTAFF ini adalah:

  1. Penyusunan strategi bagi perguruan tinggi Indonesia dalam mempersiapkan SDM untuk menghadapi ASEAN SINGLE COMMUNITY 2015.
  2. Memperkuat komunikasi dan jejaring antar perguruan tinggi Indonesia dalam melaksanakan kegiatan akademik yang ditujukan untuk menghadapi tantangan tersebut.

PELAKSANAAN SEMINAR

Seminar Indostaff dihadiri oleh para pimpinan serta staf pendidikan PTS dan PTN di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, para mahasiswa S2 Magister Manajemen Pendidikan Tinggi UGM (140 orang). Acara dimulai dengan laporan panitia pelaksana, sambutan Presidium Indostaff 2010 – 2013, welcome speech oleh Dekan Fak. Teknologi Pertanian UGM  Prof. Dr. Lilik Sutiarsodan Opening Remark oleh Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc. (Rektor UGM). Sesi Pembicara Tamu dipimpin oleh Prof. Dr. Lilik Sutiarso dengan 2 pembicara:

  1. Prof. Dr. Ir. Nizam, M.Sc. (Sekretaris Dewan Pendidikan Tinggi Kemendikbud) dengan judul “Haring Forum: Global Trends & enriching Education To Prepare For Competitive Glocal Citizen”
  2. Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng. Ph.D. (Rektor UGM 2007 – 2012) dengan judul “ Kepemimpinan Perguruan Tinggi “

Sesi best practices dari perwakilan perguruan tinggi anggota Indostaff dibagi menjadi dua agar memberikan waktu yang lebih leluasa. Kedua sesi tersebut adalah:

Sesi I dipimpin oleh Prof. Dr. Marjono (Universitas Brawijaya) dengan pembicara:

  1. Prof. Hendrawan Soetanto (Universitas Brawijaya)
  2. Ir. Lien Herlina, M.Sc. (Institut Pertanian Bogor)
  3. Dr. rer. Pol. Ied Sitepu (Universitas Kristen Indonesia)

Sesi II dipimpin oleh Dr.-Ing. Singgih Hawibowo (UGM), dengan pembicara:

  1. Setyarini Santosa, SE, M.Akt  (Universitas Internasional Batam)
  2. Dr. Joko Samiaji  (Universitas Riau)
  3. Tanti Irawati Muchlis, SE, MM  (Universitas Widyatama – Bandung)
Welcome Speech oleh Dekan FTP UGM

Welcome Speech oleh Dekan FTP UGM

Presidium INDOSTAFF 2014 – 2016

Presidium INDOSTAFF 2014 – 2016 (Belakang: Puji Mudiana, Setyarini Santosa; Depan: Wahyu Supartono, Fatchiya Fatah, Abraham Simatupang)

Foto sebagian keluarga INDOSTAFF – 29 November 2013

Foto sebagian keluarga INDOSTAFF – 29 November 2013

Opening Remark oleh Prof. Dr. Pratikno M.Sc. (Rektor UGM)

Opening Remark oleh Prof. Dr. Pratikno M.Sc. (Rektor UGM)

Suasana Seminar Indostaff 2013

Suasana Seminar Indostaff 2013

Setyarini Santosa, SE, M.Akt

Setyarini Santosa, SE, M.Akt

DIES Seminar on Leadership in Higher Education

DIES Seminar on Leadership in Higher Education was held from October 14th – 17th, 2012, in Bandung – West Java. The event was in conjunction with the Indostaff Meeting and the International Deans’ Course part II.In the opening session, Ms. Irene Jannsen, the Director of DAAD in Jakarta welcomed all participants who most of them were representatives of Indonesian universities, and two foreign participants came from the Philippines and Malaysia. DAAD through DIES program has been actively supporting the universities, especially in developing countries, to enhance their staff’s capacity.

Dr. Christian Berthold from Center for Higher Education Development (CHE) Germany facilitated the IDC part II meeting, and he also intensively followed the discussion on implementing IDC values for larger Indonesian higher education institutions in the near future.

One of the programs is International Deans’ Course (IDC). Since 2008 DAAD offers the DIES International Deans’ Course for participants from Southeast Asia. This course is conducted every two years in cooperation with regional trainers from the Philippine Normal University, Philippines, Gadjah Mada University and Bandung Institute of Technology, Indonesia. Indonesia is always marked as one of the important partners in the capacity building. While Indonesia has more than 3000 higher education institutions with variety of quality. The quality of study programs which lead to the quality of the outputs (alumni, research and community service) is depend on the quality of staff and leaders in their respective universities. Therefore, DAAD supports the idea of bringing out the IDC into Indonesian context. One of the aims of the joint DIES Seminar on Leadership in Higher Education is to discuss and to put a detailed program of Indonesian Deans Course which then ready to be submitted to DAAD.

In this occasion the members of Indostaff were also gathered and discussed their business plans which among others progress report from the Board of Presidium, research proposals on majors issues in higher education such as General Courses (Mata Kuliah Umum/MKU), the result of entrepreneurship course), and the upcoming Congress of Indostaff. Members Indostaff were also agreed that the Congress will be held in Yogyakarta in 2013. Dr. Lilik S, Dean of Faculty of Agricultural Technology – UGM gave his positive response the Indostaff’ request.

MARIHE – Master in Research and Innovation in Higher Education

MARIHE is an Erasmus Mundus Masters Course supported by the European Commission. Applicants from all over the world can apply for scholarships. MARIHE students will be trained to take the lead in the development and management of research and innovation in the higher education sector.

The application period 2012 (for student intake in summer 2013) ends 14 November 2012. More information on our website www.marihe.eu and in the electronic folder attached. Also, you can have impressions from within the programme on our facebook page: http://www.facebook.com/pages/MARIHE/173787029372996.

Emerging Challenges in University Leadership and Management

In April 11 – 12, 2012, in Manila, Prof. Dr. Intan Ahmad representing Indostaff attended the the Association of South East Asian Institutions of Higher Learning (ASAIHL) Conference with a theme: “Emerging Challenges in University Leadership and Management”. The conference was organized by University Federation of Educators Linked to Deutschland (UniFeld) and  De La Salle University, Manila, Philippines. Prof. Intan discussed The Indonesian Experience: Training University Leaders. Prof. Michael Fremerey from Unistaff Associates, the “Guru” of all Unistaff alumni also attended the conference and he talked about University Leadership:  A balance act between intervention and self-organization. The presentation materials can be found here.

Presentation of Prof. Ahmad can be downloaded here (Indonesia experience in training university leaders-Manila-April-2012).

DIES Conference on Strengthening Universities

Dr. med.  Abraham Simatupang, dr., MKes. as a representative of Indostaff Presidium attended a DIES Conference on Strengthening Universities, Enhancing Capacities Higher Education Management for Development on 28-29 November 2011 in Bonn, Germany. He presented a paper entitled Nurturing in the Awakening of a New Era in Higher Education Management. The presentation described the challenges for Indonesian higher education institutions in preparing, developing and nurturing highly skilled and professional graduates that can actively participate in the fulfillment of Indonesia Vision 2025 which is stated as: “To leverage Indonesia as developed country – to be one of the 12 developed countries (2025) and to be one of the 8 developed countries (2045) through a high, inclusive and sustainable economic achievement”. The Indonesian higher education institutions should be prepared and ready to change, firstly by changing their paradigms, and secondly by changing their performances through a better leadership and management approach. Since its establishment, Indostaff has been actively participating in answering this requirement, by organizing and conducting seminars, trainings and workshops for academic staff from various universities in Indonesia. Indostaff usually collaborates with the Indonesian Directorate General of Higher Education (DGHE), DAAD, universities and other third parties. Recently, Indostaff took a major role, together with DGHE, University of Indonesia, Gajah Mada University, University of Brawijaya, and Bogor Agricultural University, in preparing and establishing study program of a master degree for Higher Education Management – the one of its kind in Indonesia.

Women in Higher Education

On 24 November 2011 at Campus of Universitas Kristen Indonesia (UKI), Prof. Dr. Hendrawan Soetanto (UB), Dr. Setyo Pertiwi (IPB), Puji Mudiana, MA (IPB), Dr. Trina Tallei (Unsrat), Dr. Titik Soemarti (IPB), Dr. Ied Veda Sitepu (UKI), Ganda Hutapea, SE, MBM (UKI), Dr.med. Abraham Simatupang, MKes (UKI), Dr. Elyani Amka (Mercu Buan), dr. Louisa Langie (UKI), MSi dan Ir. Ktut Silvanita, MSi (UKI), dr. Veronika NKD, MBiomed, Ms. Weeke B and Ms. Dediana B discussed a topic: “Women in Higher Education” in the Seminar & Workshop – Women and Health: “Towards better understanding and environment for the future generation.” The inputs of the discussion were presented by Dr. Pertiwi, Ms. Puji, Dr. Titik and Dr. Ied, which mainly touched the real picture and challenges of women in academic institutions. Although the academic environment in most of the institutions are much better for women to achieve their maximum career, but there are still some challenges to work out. Challenges were categorized into nature characteristics of women such as pregnancy, giving birth and breast feeding and gender-specific issues in academic institutions. A thorough research on the issue has to be done in finding and giving some ideas for the better understanding of gender-specific roles in academic institution

Timeline of Indostaff Network Activities since 1999

National Activities

Year Activities Host/Prime Mover Fund
1999 Mini Workshop on  Management of Higher

Education

Gadjah             Mada University DSE
2000 Establishing Alumni Network Bogor Agricultural University SEAG
2000 Quality Assurance Seminar Gadjah Mada University DSE
2001 Tracer Study Seminar Gadjah Mada University INWENT
2002 HRK Seminar on Quality Assurance System Gadjah Mada University DAAD
2003 Training on Tracer Study Gadjah Mada University INWENT
2004 Follow Up Training Bogor Agricultural University DGHE-Indonesia
2005 Establishing Indonesia Unistaff Alumni (Indostaff Alumni Network) Proposed in Witzenhausen
2005 Training on Higher Education Academic Leadership University of Riau DGHE
2005 Summer Course (TOT for Unistaff Training) ISOS Univ. of Kassel Germany DAAD
2006 IPB’s Yunior Unistaff Training Bogor Agriculutal University Bogor Agricultural University
2006 Module Development for Unistaff training Bogor Agricultural University DGHE – Indonesia
2006 DIES Meeting (introducing Indostaff) University of Kassel DAAD
2006 Training and Workshop on The principles of Higher Education Quality Development

2 batches: West and East region of Indonesia

DGHE (OC: Indostaff Alumni Network) DGHE (2 batches)
2007 Winter School (GIAN Meeting: Introducing Indostaff Alumni Network) Gottingen University DAAD
2007 Conference on Reshaping Teaching and Learning In Higher Education:

The growing need for graduate

University of Riau University of Riau
2007 Restructuring of Indonesia Unistaff Alumni (Indostaff): Steering Committee Establishment and Empowerment Bogor Agricultural University Bogor Agricultural University and self financing from the Participants (Indostaff Alumni)
2008 Regional Workshop on

Quality Assurance and Management of Higher Education : Concept and Implementation of QA and Management in ASIAN HE

University of Indonesia

(12 – 14 February 2008, Makara Depok)

DAAD, University of Indonesia
2010 International Seminar cum Workshop on University Networking for Enhancing International Competitiveness of Indonesian Universities Brawijaya University

(13-15 February 2010, Batu Malang)

DAAD, UB, DIKTI
2010 International Deans’ Course Meeting Phase II and Meeting on MAHE preparation Padjadjaran University (25-27 November 2010) DAAD, Unpad, DIKTI

Chapter Activities :

2008

National Seminar cum Workshop on Multidisciplinary Application of Polymerase Chain Reaction.  Indostaff Network, Sam Ratulangi University, Science Bridge University of Kassel (4-5 August 2008, Formosa Hotel Manado)

Pelantikan Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan

Pelantikan Direktur Belmawa

(ki: Mendiknas Prof. Dr. Muhammad Nuh; ka: Direktur Belmawa Dr. Illah Sailah)

Pada tanggal 28 Desember 2010, Dr. Illah Sailah dilantik oleh Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Dr. Muhammad Nuh, sebagai Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Director of Learning and Student Affairs), Dikti. Direktorat Belmawa mengemban tugas dan fungsi sebagaimana tertera di bawah ini:

Tugas:

Melaksanakan penyusunan bahan perumusan kebijakan, pengembangan, standarisasi, dan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi di bidang pembelajaran dan kemahasiswaan.

Fungsi:

  1. Perumusan kebijakan di bidang pembelajaran dan kemahasiswaan;
  2. Perumusan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembelajaran dan kemahasiswaan;
  3. Pelaksanaan kebijakandi bidang pembelajaran, penjaminan mutu, dan kemahasiswaan;
  4. Pelaksanaan pemberian penghargaan kepada mahasiswa;
  5. Pemberian bimbingan teknis, evaluasi, pelaporan di bidang pembelajaran, penjaminan mutu, dan kemahasiswaan; dan
  6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan.


Unpad Jadi Host International Deans’ Course

Perkara manajerial bukanlah perkara intuisi yang dengan sendirinya timbul begitu saja. Selain pengalaman, sebagai seorang pimpinan juga hendaknya mengetahui ilmu managerial dengan bisa, sehingga dalam prosesnya dapat digunakan dengan baik pula, apalagi bila berbicara manajemen pendidikan tinggi. Sosok seorang pemimpin memiliki pengaruh yang cukup besar kepada  manajemen pendidikan tinggi.

“Kegiatan semacam ini tentu akan berdampak baik kepada generasi muda di Unpad, karena ini melatih jiwa kepemimpinan kita. Ini penting untuk terus diagendakan, dan saya harap ini bisa punya efek dengan tujuan Unpad juga,” ujar Pembantu Rektor Bidang Akademik Unpad, Prof. Dr. Husein Hernadi Bahti, saat menghadiri acara International Deans’ Course (IDC) – Phase II, wilayah Asia Tenggara di Ruang Aula lt. 6 Wing Timur, Unpad Teaching Hospital, Jln. Eijkman 38, Bandung, Kamis (25/11).

Kegiatan yang dihadiri oleh staf dalam manajemen tingkat beberapa perguruan tinggi di Indonesia dan Malaysia ini merupakan hasil kerja sama antara Unpad melalui Fakultas Kedokteran (FK) dan Deutsher Akademischer Austraschdienst German Academic Exchange Service (DAAD), German Rector’s Conference (HRK),  Consult of Higher Education-Guetersloh (CHE) dengan dibiayai oleh Kementerian Pengembangan dan Kerja sama Jerman.

“Program ini adalah untuk membantu pengembangan pendidikan melalui pengembangan leadership di Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Selatan. Program ini diadakan setiap tahun dan secara bergantian. Akan ada tiga fase setiap tahunnya, dan Unpad beruntung bisa terpilih menjadi host,” tutur Dekan FK Unpad, Prof. Tri Hanggono Achmad.

Prof. Tri menambahkan bahwa selain mendapatkan materi, peserta juga diharuskan untuk membuat sebuah project action plan yang nantinya akan dilaporkan pada kegiatan di fase ketiga. Selain diperuntukan untuk para Dekan atau pimpinan departemen, kegiatan ini juga menghadirkan Indostaff, yaitu program oleh para alumni DAAD untuk para staf di perguruan tinggi.

“Kami juga memanfaatkan momen ini untuk mengajak teman-teman di Unpad yang bukan alumni DAAD untuk ikut sebagai observer dalam kegiatan ini. Kegiatan ini sangat berguna nantinya. Disamping menambah wawasan dan kapasitas, kegiatan ini juga bisa membangun network, kerja sama dan jejaring antar teman-teman universitas lain di Indonesia dan kepada pihak Jerman tentunya,” tambahnya.

Pada Keynote Session hadir Prof. Husein mewakili Unpad, Prof. Michael Fremerey dari Universitas Kassel, Jerman dan Dr. Christian Berthold dari CHE sebagai pembicara. Prof. Husein menekankan bahwa kemampuan leadership bagi sumberdaya di Unpad mutlak harus dimiliki demi mendukung tercapainya Unpad menjadi World Class University.

“Dahulu hal-hal seperti ini tidak ada, hanya berjalan apa adanya. Namun, tuntutannya sekarang berbeda. Mereka harus diberi pembekalan,” jelas Profr. Husein.

Prof. Michael memberikan pemahaman kepada peserta tentang Leading Universe Institute sebagai sebuah Learning Organization. Dirinya mengatakan bahwa universitas adalah organisasi terbesar di dunia dalam hal pengajaran atau dalam hal ini pendidikan tinggi. Didalamnya terdapat bermacam-macam hal, termasuk kepemimpinan dalam pengelolaan pendidikan tinggi.

“Learning organization secara terus-menerus memperluas kapasitasnya untuk membuat tujuannya sendiri. Dalam hal ini memiliki lima pokok, yaitu otonomi, kompetisi, kualitas yang asli, pelayanan dan tentu keberlanjutan. Bila sebuah universitas baik dalam lima pokok ini, maka dia tentu akan berkembang,” katanya.

IDC dijadwalkan akan berlangsung selama 2 hari, 25-26 November 2010 dan akan ditambah oleh Indostaff-Meeting on Mahe And IDC pada tanggal 26-27 November 2010. (eh)*

INDOSTAFF Bantu Transformasi Pendidikan Tinggi Indonesia

Sejumlah alumni program UNISTAFF (University Staff Development Programme), UNILEAD (University Leadership Management Course) dan IDC (International Dean Course) yang tergabung dalam INDOSTAFF, selama empat hari, Kamis-Minggu (11-14/2) berkumpul di Malang. Ketiga program yang didukung Deutscher Akademischer Austausch Dienst (DAAD) ini terselenggara di Republik Federasi Jerman dan diikuti perwakilan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di dunia.

Dari Universitas Brawijaya sendiri, lima orang dosen tercatat sebagai alumni UNISTAFF. Mereka adalah Prof. Dr. Ir. Hendrawan Soetanto, M.Rur.Sc (Fakultas Peternakan), Prof. Dr. Moeljadi, SU (Fakultas Ekonomi), Dr. Diana Lyrawati (Fakultas Kedokteran), Prof. Dr. Mardjono, MPhil (FMIPA) dan Dra. Fatchiyah, MKes, PhD (FMIPA).Sebanyak 45 orang alumni dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia mengikuti kegiatan yang dikemas dalam Workshop on INDOSTAFF Organization bertema “The Next Step: A Stronger Network for The Future” ini.

Mereka berasal dari Universitas Jambi, Universitas Negeri Riau, Universitas Kristen Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, IPB, UGM, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, ITS, Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Tadulako.

Diwawancarai disela-sela acara, Prof. Hendrawan Soetanto yang dalam kesempatan tersebut menjadi panelis “Indostaff: History and Existing/Present, German Perspectives” mengemukakan bahwa INDOSTAFF telah terbentuk sejak 1994/1995 namun saat itu belum terpikirkan untuk membentuk jejaring (networking). Meskipun begitu, berbagai kegiatan telah diselenggarakan yang manfaatnya telah dirasakan anggotanya. Berbagai kegiatan tersebut, diantaranya pada 2006 bekerjasama dengan Dikti menyelenggarakan training 3 modul yaitu organizational development, research management serta teaching and learning.

“Banyak hal yang saya pelajari selama mengikuti Unistaff. Beberapa nilai bahkan ingin diterapkan alumninya untuk melakukan tranformasi pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia”, ujar Hendrawan yang mengikuti Unistaff pada 2003. Empat prinsip dan nilai dasar yang menurut Guru Besar di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya ini menarik dan ingin dikembangkan adalah a share vision (visi yang disusun dan dikembangkan bersama-sama), focus on competency (berfokus pada kompetensi), system approach (pendekatan sistemik) dan orientation toward practical work (berorientasi praktek). “Berbagai nilai ini layak diadopsi untuk memperkecil kesenjangan antara perguruan tinggi di Indonesia dengan luar negeri”, ujar Hendrawan.

Keempat nilai tersebut menurutnya berbeda diametral dengan berbagai fenomena yang ada di Indonesia. Dalam hal visi misalnya, tidak jarang fenomena yang ada di Indonesia bersifat sangat elite dan tanpa melibatkan grass root. “Ketika menyusun visi, para elite kekuasaan biasanya tidak menyertakan masyarakat dan implementasinya bersifat top down”, tutur Hendrawan yang juga mantan Country Coordinator Indostaff periode 2004-2008.

Akibat dari hal ini, menurutnya, masyarakat seringkali tidak tahu tentang visi tersebut dan akhirnya kelabakan untuk mengimplementasikannya. Menjelaskan tentang pendekatan sistemik yang dikenalkan dalam Unistaff, Hendrawan juga menuturkan perbedaan yang ada di Indonesia. “Kebijakan yang diperkenalkan dalam Unistaff bersifat sistemik. Hal ini berbeda dengan fenomena di Indonesia yang lebih mengedepankan pendekatan rezim. Hasilnya setiap ganti penguasa maka kebijakan pun akan berganti pula”, tambahnya.

Sementara itu, country coordinator Indostaff saat ini, Sitaresmi Ismangil, MSc, ketika diwawancarai PRASETYA Online menyampaikan bahwa kegiatan workshop kali ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para anggotanya. Disamping itu, pihaknya juga berkeinginan membangun kompetensi tambahan dalam hal manajemen organisasi, seperti yang ia peroleh ketika mengikuti Unistaff. “Ketika mengikuti Unistaff saya mendapatkan tambahan ilmu dan skill untuk menjadi staf akademisi yang lebih baik. Saya jadi lebih tahu cara mengajar, meneliti dan mengelola organisasi perguruan tinggi”, ujar Sitaresmi yang menyelesaikan program magister mikrobiologi di University of Wisconsin Madison Amerika Serikat.

Dalam workshop, Kamis (11/2), dua orang pemateri didatangkan langsung dari Jerman yaitu Prof. Dr. Michael Fremerey yang memaparkan tentang “INDOSTAFF SWOT Analysis” serta Dr. Siawuch Amini yang menyampaikan “Theory and Practice of Networking”. [nok]

ejumlah alumni program UNISTAFF (University Staff Development Programme), UNILEAD (University Leadership Management Course) dan IDC (International Dean Course) yang tergabung dalam INDOSTAFF, selama empat hari, Kamis-Minggu (11-14/2) berkumpul di Malang. Ketiga program yang didukung Deutscher Akademischer Austausch Dienst (DAAD) ini terselenggara di Republik Federasi Jerman dan diikuti perwakilan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di dunia. Dari Universitas Brawijaya sendiri, lima orang dosen tercatat sebagai alumni UNISTAFF. Mereka adalah Prof. Dr. Ir. Hendrawan Soetanto, M.Rur.Sc (Fakultas Peternakan), Prof. Dr. Moeljadi, SU (Fakultas Ekonomi), Dr. Diana Lyrawati (Fakultas Kedokteran), Prof. Dr. Mardjono, MPhil (FMIPA) dan Dra. Fatchiyah, MKes, PhD (FMIPA).Sebanyak 45 orang alumni dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia mengikuti kegiatan yang dikemas dalam Workshop on INDOSTAFF Organization bertema “The Next Step: A Stronger Network for The Future” ini. Mereka berasal dari Universitas Jambi, Universitas Negeri Riau, Universitas Kristen Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, IPB, UGM, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, ITS, Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Tadulako.
Diwawancarai disela-sela acara, Prof. Hendrawan Soetanto yang dalam kesempatan tersebut menjadi panelis “Indostaff: History and Existing/Present, German Perspectives” mengemukakan bahwa INDOSTAFF telah terbentuk sejak 1994/1995 namun saat itu belum terpikirkan untuk membentuk jejaring (networking). Meskipun begitu, berbagai kegiatan telah diselenggarakan yang manfaatnya telah dirasakan anggotanya. Berbagai kegiatan tersebut, diantaranya pada 2006 bekerjasama dengan Dikti menyelenggarakan training 3 modul yaitu organizational development, research management serta teaching and learning. “Banyak hal yang saya pelajari selama mengikuti Unistaff. Beberapa nilai bahkan ingin diterapkan alumninya untuk melakukan tranformasi pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia”, ujar Hendrawan yang mengikuti Unistaff pada 2003. Empat prinsip dan nilai dasar yang menurut Guru Besar di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya ini menarik dan ingin dikembangkan adalah a share vision (visi yang disusun dan dikembangkan bersama-sama), focus on competency (berfokus pada kompetensi), system approach (pendekatan sistemik) dan orientation toward practical work (berorientasi praktek). “Berbagai nilai ini layak diadopsi untuk memperkecil kesenjangan antara perguruan tinggi di Indonesia dengan luar negeri”, ujar Hendrawan. Keempat nilai tersebut menurutnya berbeda diametral dengan berbagai fenomena yang ada di Indonesia. Dalam hal visi misalnya, tidak jarang fenomena yang ada di Indonesia bersifat sangat elite dan tanpa melibatkan grass root. “Ketika menyusun visi, para elite kekuasaan biasanya tidak menyertakan masyarakat dan implementasinya bersifat top down”, tutur Hendrawan yang juga mantan Country Coordinator Indostaff periode 2004-2008. Akibat dari hal ini, menurutnya, masyarakat seringkali tidak tahu tentang visi tersebut dan akhirnya kelabakan untuk mengimplementasikannya. Menjelaskan tentang pendekatan sistemik yang dikenalkan dalam Unistaff, Hendrawan juga menuturkan perbedaan yang ada di Indonesia. “Kebijakan yang diperkenalkan dalam Unistaff bersifat sistemik. Hal ini berbeda dengan fenomena di Indonesia yang lebih mengedepankan pendekatan rezim. Hasilnya setiap ganti penguasa maka kebijakan pun akan berganti pula”, tambahnya.
Sementara itu, country coordinator Indostaff saat ini, Sitaresmi Ismangil, MSc, ketika diwawancarai PRASETYA Online menyampaikan bahwa kegiatan workshop kali ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para anggotanya. Disamping itu, pihaknya juga berkeinginan membangun kompetensi tambahan dalam hal manajemen organisasi, seperti yang ia peroleh ketika mengikuti Unistaff. “Ketika mengikuti Unistaff saya mendapatkan tambahan ilmu dan skill untuk menjadi staf akademisi yang lebih baik. Saya jadi lebih tahu cara mengajar, meneliti dan mengelola organisasi perguruan tinggi”, ujar Sitaresmi yang menyelesaikan program magister mikrobiologi di University of Wisconsin Madison Amerika Serikat.
Dalam workshop, Kamis (11/2), dua orang pemateri didatangkan langsung dari Jerman yaitu Prof. Dr. Michael Fremerey yang memaparkan tentang “INDOSTAFF SWOT Analysis” serta Dr. Siawuch Amini yang menyampaikan “Theory and Practice of Networking”. [nok]